Jumat, 16 Maret 2012

RESPON PSIKOLOGIS KEHAMILAN

A. RESPON PSIKOLOGIS KEHAMILAN  Perubahan psikologi pada ibu hamil merupakan hal yang normal dan merupakan hal yang individual.  Didasarkan pada teori Revarubin. Teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai peran ini diperlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas. 2. Penyebab  Peningkatan kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh segera setelah konsepsi menyebabkan timbulnya reaksi mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah Sehingga ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya.  Perubahan fisik ibu berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh, wajah menjadi berjerawat, dan merasa ibu tidak cantik lagi. 3. Respon Ibu  Setiap ibu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda mengenai kehamilannya.Reaksi psikologis yang timbul pada beberapa wanita yaitu: • Kecemasan Berkaitan dengan kemampuan perannya sebagai orang tua yang baik. Mereka tidak yakin apakah dapat menjadi orang tua yang baik. • Ketakutan Berkaitan dengan kehilangan perhatian atau kasih sayang dari orang-orang terdekat terutama suami karena perubahan bentuk fisik misalnya menjadi gemuk, timbul jerawat, tidak cantik lagi, dan lain – lain. • Perasaan panik/ gelisah Berkaitan dengan kemampuanya untuk menjaga kehamilan sampai saat persalinan sebagai seorang ibu hamil yang baik.  Respon-respon psikologis tersebut terjadi karena ibu merasa bahwa kehamilannya ini merupakan suatu ancaman, kegawatan, ketakutan dan bahaya bagi dirinya dan sebagai akibat yang akan terjadi pada dirinya, sehingga mereka akan bersikap tidak hanya menolak kehamilannya tetapi juga akan berusaha menggugurkan kehamilannya bahkan kadang-kadang mencoba bunuh diri. B. GAMBARAN KETIDAK PASTIAN KEHAMILAN 1. Sikap Ibu Untuk Membuktikan Ketidak Pastian Kehamilan  Trimester pertama merupakan masa penentuan dari kenyataan apakah wanita tersebut benar- benar hamil. Seorang, sikap yang dilakuakn oleh seorang ibu akan berbeda – beda menghadapi ketidak pastian kehamilannya. Pada keadaan ini ibu akan bersikap : • Menghabiskan banyak waktu untuk membuktikan rasa ketidak pastian yang mereka rasakan. Ibu akan disibukkan waktunya untuk memastikan keadaannya. • Sibuk mengamati dengan cermat perubahan tubuh yang terjadi. Ibu akan merasakan ada perubahan yang terjadi pada tubuhnya, walaupun ibu belum mengetahui apakah benar sekarang dirinya telah hamil. • Mencari sumber informasi berkenaan dengan tanda – tanda kehamilan. Banyak sumber informasi yang akan dijadikan bahan informasi bagi ibu seperti membaca majalah, melalui internet, ataupun rublik – rublik yang berkaitan dengan tanad – tanda kehamilan. • Membahas dengan keluarga, teman mengenai ketidak pastian kehamilan. Keluarga, teman merupakan tempat yang paling tepat bagi ibu untuk mengatasi kekhawatirannya, karena mereka merupakan orang yang paling dekat. Terutama bagi mereka yang telah mempunyai pengalaman dalam kehamilan. • Serta untuk memastikan keyakinannya mereka akan melakukan test kehamilan. Ini merupakan langkah akhir yang ditempuh ibu sebelum mereka pergi ke tenaga kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya.  Setelah ibu mendapatkan kepastian mengenai kehamilannya, ibu akan mempunyai sikap ambivalensi yaitu antara emosi dan efek berlawanan timbul bersamaan pada seseorang, objek/sesuatu.  Dalam penerapannya ibu dapat saja sangat gembira, ada pula yang merasa takut bahwa ini masih merupakan kemungkinan kehamilan serta adapula seorang ibu yang mengharapkan bukan adanya kehamilan saat ini. Walaupun seorang ibu telah mempunyai keinginan ataupun kehamilannya telah direncanakan tetapi sering kali mereka mengatakan tidak terpikir akan hamil secepat ini. Mereka merasa belum siap serta mereka masih ingin tidak hamil sampai tercapai suatu tujuan tertentu atau bila rencananya sudah matang. B. KEHAMILAN DAN LIBIDO  Wanita hamil mengalami perubahan keinginan seksual pada trimester pertama. Meskipun pada beberapa wanita mengalami peningkatan libido, dikarenakan peningkatan kadar hormon estrogen. Tetapi banyak wanita yang merasa menurun aktifitas seksualnya, perlu cinta yang lebih dan kasih sayang tanpa seks. Hal ini karena ketidaknyamanan fisik dan kekhawatiran terjadinya keguguran terutama bagi mereka yang mempunyai riwayat keguguran. Banyak pasangan akan menempuh jalan lain untuk mengungkapkan perasaan cinta mereka, karena kadang-kadang libido akan meningkat secara tiba-tiba. Untuk itu perlu keterbukaan dan kejujuran dengan pasangan. Peran pasangan akan memberikan pengaruh terhadap psikologi kehamilan. Apabila tidak terjadi hubungan yang saling mengerti antar pasangan maka hal ini akan berpengaruh terhadap psikologi ibu hamil. Dimana psikologis seorang ibu hamil akan cenderung lebih sensitif terutama dalam hal perasaan dengan pasangannya. Kadang timbul perasaan kurang disayangi, merasa perhatiannya berkurang, atau suaminya tidak cinta lagi pada dirinya.  Pengaruh perubahan ini terhadap kehidupan seks tergantung pada seberapa baik hubungan pasangan. Semakin ada suportif satu sama lain, kehidupan seks anda akan semakin baik. Jika stress mulai menghinggapi salah satu atau keduanya, seks dengan mudah menjadi kenikmatan yang terlupakan. Berhenti berhubungan seks total tanpa lasan medis merupakan kesalahan, karena bagian penting dari dukungan satu sama lain adalah dalam cara anda berhubungan seks. Aspek kelembutan dalam melakukan hubungan intim harus diangkat keatas permukaan.  Seorang ibu harus bisa beradaptasi dengan perubahan libido tersebut, karena dengan perubah Libido dipengaruhi kelelahan, mual, depresi, sakit, dan pembesaran payudara, kekhawatiran, kekecewaan dan keprihatinan. SOAL LATIHAN Seorang ibu G1P0A0 nama Ny T, umur 27 tahun datang ke klinik untuk memeriksakan kehamilannya. Dalam anamnesa yang anda lakukan Ny T menyatakan bahwa kehamilannya adalah sudah direncanakan, tetapi ibu merasa takut, khawatir, dan gelisah apakah benar dia hamil atau tidak. Ibu mengatakan akhir-akhir ini sering mual dan lelah serta mempunyai pikiran bahwa suaminya tidak lagi perduli pada dirinya. Pertanyaan 1. Apa yang dilakukan ibu untuk membuktikan ketidak pastian kehamilannya? 2. Pada kehamilan trimester berapakan ibu sekarang ? 3. Perubahan apa yang menyebabkan ibu bersikap psikologis seperti ini ? 4. Sebagai seorang bidan apa yang bisa anda jelaskan mengenai perubahan psikologis pada Ny T ? 5. Sebagai seorang bidan nasehat apa yang bisa saudara berikan mengenai hubungannya dengan suami ? KESIMPULAN Kehamilan merupakan suatu hal yang normal. Pada trimester I seorang wanita akan mengalami perubahan psikologi selama kehamilannya, hal ini terjadi akibat perubahan fisik maupun hormonal. Seorang wanita hamil sedapat mungkin akan berusaha untuk beradaptasi dengan perubahan psikologis tersebut. Perubahan psikologis bersifat individual pada setiap ibu hamil. Trimester pertama adalah masa penentuan untuk menentukan apakah benar seorang wanita benar hamil. Seorang wanita akan berusaha mencari tanda- tanda untuk menyakinkan bahwa dia benar-benar hamil. Perubahan libido akan mempengaruhi keadan psikologis ib hamil, walaupun secara teori libido cenderung mangalami meningkatan, karena itu wanita hamil akan lebih sensitif membutuhkan kasih sayang dari orang terdekat terutama suami. EVALUASI Butir pertanyaan 1. Selama kehamilan kadar hormon progesteron dan estrogen akan mengalami ? a. Penurunan b. Peningkatan c. Cenderung stabik d. Tidak berpengaruh 2. Reaksi pasikologis apa yang biasanya muncul pada saat kehamilan ? a. Kecemasan b. Ketenangan c. Ketakutan d. Kepanikan d. Apakah yang dilakukan ibu untuk menghilangkan perasaan kemungkinan kehamilannya, kecuali….. c. Mengamati perubahan tubuh yang terjadi pada dirinya d. Berusaha mencari sumber informasi tentang ketidak apstian kehamilan e. Menyibukkan diri untuk merenungi keadaannya f. Berdiskusi dengan teman dekat tentang ketidak pastian kehamilan Perubahan libido yang terjadi selama kehamilan dipengaruhi oleh… . Keadaan mual a. Depresi b. Perasaan senang c. Kekhawatiran Apa yang dilakukan oleh seorang ibu hamil menghadapi peningkatan libido selama kehamilannya ? . Bersikap biasa saja a. Bersikap jujur dan terbuka dengan pasangan b. Tidak melakukan hubungan seksual selama hamil, karena takut akan berbahaya bagi kehamilannya c. Menjahui pasangan untuk mengurangi peningkatan libido

PSIKOLOGIS CALON AYAH

Trimester I 1. Setelah mengetahui istrinya hamil, ia akan memberi tahu teman-teman dan relasinya kabar gembira tersebut. 2. Sering bingung terhadap perubahan perasaan istrinya, termasuk perubahan tubuhnya. Ia memperhatikan kebutuhan istrinya yang mudah lelah dan menurunnya keinginan hubungan seksual istrinya. 3. Saat ini, anaknya adalah bayi yang ”potensial”. Ayah sering dibayangkan berinteraksi dengan anaknya yang dibayangkan berumur 5 atau 6 tahun, walaupun kehamilan istrinya belum kelihatan (Jordan, 1990). Trimester II 1. Peran ayah pada saat ini masih samar-samar, tetapi keterbatasannya meningkat dengan melihat dan merasakan gerakan fetus. 2. Ayah menjadi lebih nyaman dengan peran barunya. Dengan melihat anaknya pada USG adalah pengalaman yang penting dalam menerima kenyataan istrinya hamil. 3. Seorang ayah ingin meniru atau membuang perilaku sebagai ayah sesuai keinginannya. Bisa juga timbul konflik pda pasangan tentang bagaimana menjadi ayah. Dalam peran ayah sebagai pencari nafkah yang oleh istrinya ditambah dengan terlibat secara aktif dalam mempersiapkan perawatan anak, maka stresnya akan meningkat. Untuk itu perlu persetujuan bersama pembagian peran (Diemer, 1997). Di satu sisi ibu ingin dominan, di sisi lain ayah ingin lebih banyak menghabiskan waktunya bekerja, melakukan hobinya atau dengan teman-temannya. Trimester III Bila pasangan mampu berkomunikasi dengan baik trimester III ini adalah waktu yang khusus dengan gambaran yang jelas tentang perannya, dan mempersiapkan bersama kondisi ke depan. 1. Terlibat dalam kelas bersama, pendidikan kesehatan tentang melahirkan. 2. Persiapan yang nyata untuk kelahiran bayi. 3. Perannya menjadi jelas. 4. Timbul rasa takut. 5. Timbul pertanyaan, menjadi orang tua seperti apa. 6. Dapatkah ia membantu istrinya melahirkan. 7. Apakah mereka akan mempunyai bayi.

Perubahan Dan Adaptasi Psikologis Dalam Masa Kehamilan

Perubahan Dan Adaptasi Psikologis Dalam Masa Kehamilan 1. Trimester I • Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya. • Kecemasan, ketakutan, kepanikan, dan kegusaran terhadap kehamilannya. • Butuh dicintai. 1. Trimester I • Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya. • Kecemasan, ketakutan, kepanikan, dan kegusaran terhadap kehamilannya. • Butuh dicintai. • Masih rahasia (tidak untuk orang lain). • Manifestasi lain yaitu ibu hanil muda sering meminta makanan yang aneh-aneh selama ini yang tudak disukainya. • Gejolak perubahan emosi tidak menentu. 2. Trimester II • Ibu merasa sehat. • Ibu menganggap kehamilan sesuatu yang abstrak, kini mulai menyadari bahwa kehamilan merupakan identifikasi nyata. • Sudah merasakan gerakan janin. • Merasa nyaman. • Mulai mempersiapkan kebutuhan seperti popok, baju, tempat tidur bayi, kereta bayi, dan sebagainya. • Sering bermimpi mengenai jenis kelamin anak, yang merupakan refleksi dari keinginannya untuk punya anak berjenis kelamin tertentu. 3. Trimester III • Periode menunggu dan waspada. • Merasa khawatir dan takut karena : - Ibu yang mempunyai riwayat / pengalaman buruk pada persalinan yang lalu. - Multipara agak berumur, merasa takut terhadap janin dan anak-anak apabila terjadi apa-apa pada dirinya, takut anaknya diasuh ibu tiri. - Primigravida yang mendengar pengalaman persalinan yang ngeri dan menakutkan dari teman-teman lain. - Kerjasama ibu dengan penolong, pendekatan dan perhatian, rasa simpsti, bila perlu pendekatan psikologik akan membantu semuanya itu dengan baik. • Meningkat kewaspadaan akan timbulnya tanda-tanda dan terjadinya persalinan. • Melindungi janin agar terhindar dari bahaya. • Merasa aneh dan jelek. • Merasa sedih karena akan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil ketika bayi lahir. • Butuh dukungan dari suami, keluarga dan bidan. • Persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi ortu. • Ibu sering terlihat melamun dan berimajinasi. Adaptasi yang dilakukan adalah : 1. Bicarakan maslah yang dihadapi dengan orang yang dapat dipercaya. 2. Tuntaskan masalah, jika masalah yang dialami tidak kunjung terselesaikan, temui ahlinya seperti penasehat perkawinan, psikolog atau psikiater. 3. Bersantai dengan cara melakukan kegiatan yang disenangi, seperti membaca, mendengarkan musik atau melakukan relaksasi, sehingga syaraf-syaraf yang tegang dapat mengendur

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN DIRI

KEBUTUHAN PERAWATAN DIRI Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya : budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan tentang perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri. JENIS PERAWATAN DIRI BERDASARKAN WAKTU PELAKSANAAN 1. Perawatan dini hari. Merupakan perawatan yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk melakukan tindakan seperti persiapan dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine dan feses), memberikan pertolongan, mempersiapkan pasien untuk melakukan makan pgi dengan melakukan tindakan perawatan diri seperti mencuci muka dan tangan, serta menjaga kebersihan mulut. 2. Perawatan pagi hari. Perawatan yang dilakukansetelah melakukan makan pagi dengan melakukan perawatan diri seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan eliminasi (buang air besar dan kecil), mandi dan mencuci rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijitan pada punggung, membersihkan mulut, membersihkan kuku, dan rambut, serta merapikan tempat tidur pasien. 3. Perawatan siang hari. Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindkan pengobatan atau permeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan perawatan diri yang dapar dilakukan antara lain : mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, serta melakukan pemeliharaan kebersihan lingkungan kesehatan pasien. 4. Perawataan menjelang tidur. Perawatan diri yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien dapat tidur atau beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan kecil), mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut, serta memijat daerah punggung. Tujuan perawatan diri adalah unutk mempertahankan perawatan diri, baik secara sendiri maupun dengan bantuan, dapat melatih hidup sehat/bersih dengan memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan, serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan. JENIS PERAWATAN DIRI BERDASARKAN TEMPAT 1. Perawatan Diri pada Kulit Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat (cukup) dalam mempertahankan fungsinya. Fungsi Kulit • Melindungi tubuh dari berbagai masuknya kuman atau truma jaringan bagian dalam sehingga dapat menjaga keutuhan kulit • Mengatur keseimbangan suhu tubuh serta membantu dalam produksi keringat dan penguapan • Sebagai alat peraba yang dapat membantu tubuh untuk menerima rangsangan dari luar melalui rasa sakit, sentuhan, tekanan, dan suhu. • Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran air, garam, dan nitrogen • Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah pengeluaran cairan tubuh yang berlebihan • Memproduksi dan menyerap vitamin D sebagai penghubung atau pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet yang dating dari sinar matahari. Faktor-faktor yang Memengaruhi kulit Usia Perubahan kulit yang dapat ditentukan oleh usia seseoang. Hal ini dapat terlihat pada bayi yang berusia relative muda dengan kondisi kulit yang sangat rawan terhadap berbagai trauma atau masuknya kuman. Jaringan kulit Perubahan dan keutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh struktur jaringan kulit. Apabila jaringan kulit rusak, maka terjadi perubahan pada struktur kulit. Kondisi/keadaan lingkungan Beberapa kondisi atau keadaan lingkungan dapat memengaruhi keadaan kulit secara utuh, antara lain keadaan panas, adanya nyeri akibat sentuhan serta tekanan, dan lain-lain Tindakan Perawatan Diri pada Kulit Cara Perawatan Kulit Merupakan tindakan pada kulit yang mengalami atau beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut, khususnya pada daerah yang mengalami tekanan (tonjolan). Tujuannya adalah untuk mencegah dan mengatasi terjadinya luka dekubitus akibat tekanan yang lama dan tidak hilang. Persiapan Alat dan Bahan : • Baskom cuci • Sabun • Air • Agen pembersih • Balutan • Pelindung kulit • Plester • Sarung tangan Prosedur Kerja : • Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan • Cuci tangan dan gunakan sarung tangan • Tutup pintu ruangan • Atur posisi pasien • Kaji luka/kulit tertekan dengan memperhatikan warna, kelembaban, penampilan sekitar kulit, ukur diameter kulit, dan ukur kedalaman. • Cuci sekitar luka dengan air hangat atau sabun cuci secara menyeluruh dengan air. • Secara menyeluruh dan perlahan-lahan, keringkan kulit yang disertai pijatan • Secara menyeluruh, bersihkan luka dengan cairan normal atau larutan pembersih. Gunakan semprit irigasi luka pada luka yang dalam. • Setelah selesai, berikan obat atau agen tropikal. • Catat hasil • Cuci tangan Cara Memandikan Pasien di Tempat tidur Memandikan pasien di tempat tidur dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri. Tujuannya untuk menjaga kebersihan tubuh, mengurangi infeksiakibat kulit kotor, memperlancar system peredaran darah, dan menambah kenyamanan pasien Persiapan Alat dan Bahan : • Baskom mandi dua buah, masing-masing berisi air dingin dan air hangat • Pakaian pengganti • Kain penutup • Handuk, sarung tangan pengusap badan • Tempat untuk pakaian kotor • Sampiran • Sabun Prosedur Kerja : • Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan • Cuci tangan • Atur posisi pasien • Pada pasien, lakukan tindakan memandikan yang diawali dengan membentangkan handuk di bawah kepala. Kemudian bersihkan muka, telinga, dan leher dengan sarung tangan pengusap. Keringkan dengan handuk • Kain penutup diturunkan, kedua tangan pasien dinaikkan keatas, serta handuk diatas dada pasien dipindahkan dan dibentangkan. Kemudian kembalikan kedua tangan di posisi awal diatas handuk, lalu basahi kkedua tangan dengan air bersih. Keringkan dengan handuk • Kedua tangan dinaikkan keatas, handuk dipindahkan di sisi pasien lalu bersihkan daerah dada dan perut. Keringkan dengan handuk • Miringkan pasien ke kiri, handuk dibentangkan dibawah punggung sampai glutea dan basahi punggung sampai glutea, lalu keringkan dengan handuk. Selanjutnya, miringkan pasien ke kanan dan lakukan hal yang sama. Selanjutnya, kembalikan pasien ke posis telentang dan pasangkan pakaian dengan rapi. • Letakkan handuk dibawah lutut, lalu bersihkan kaki. Kaki yang paling jauhdidahulukan dan dikeringkan dengan handuk • Ambil handuk, dan letakkan di bawah glutea. Pakaian bawah perut dibuka, lalu bersihkan daerah lipatan paha dan genitalia. Setelah selesai, pasang kembali pakaian dengan rapi. • Cuci tangan 2. Perawatan Diri pada Kuku dan Kaki Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku. Masalah/Gangguan pada Kuku Ingrown nail Kuku tangan yang tidak tumbuh-tumbuh dan dirasakan sakit pada daerah tersebut. Paronychia Radang di sekitar jaringan kuku Ram’s Horn Nai Gangguan kuku yang ditandai dengan pertumbuhan yang lambat disertai kerusakan dasar kuku atau infeksi Bau Tak Sedap Reaksi mikroorganisme yang menyebabkan bau tidak sedap. Tindakan Perawatan Diri pada Kuku Cara Perawatan Kuku Merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu merawat kuku sendiri. Tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat garukan dari kuku. Persiapan Alat dan Bahan: • Alat pemotong kuku • Handuk • Baskom berisi air hangat • Bengkok • Sabun • Kapas • Sikat kuku Prosedur Kerja : • Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan • Cuci tangan • Atur posisi pasien dengan posisi duduk atau tidur • Tentukan kuku yang akan dipotong • Rendamkan kuku dengan air hangat ± 2 menit. Lakukan penyikatan dengan beri sabun bila kotor. • Keringkan dengan handuk • Letakkan tangan diatas bengkok dan lakukan pemotongan kuku. • Cuci tangan. 3. Perawatan Diri pada Rambut Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi proteksi dan pengatur suhu. Indikasi perubahan status kesehatan diri juga dapat dilihat dari rambut mudah rontok sebagai akibat gizi kurang. Masalah/Gangguan pada Perawatan Rambut • Kutu • Ketombe • Alopecia (botak) • Sehorrheic dermatitis (radang pada kulit di rambut) Tindakan Perawatan Diri pada Rambut Cara Perawatan Rambut Merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan menyuci dan menyisir rambut. Tujuannya adalah membersihkan kuman-kuman yang ada pada kulit kepala, menambah rasa nyaman, membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit, serta memperlancar system peredaran darah di bawah kulit. Persiapan Alat dan Bahan • Handuk secukupnya • Perlak atau pengalas • Baskom berisi air hangat • Shampo atau sabun pada tempatnya • Kasa dan kapas • Sisir • Bengkok • Gayung • Ember kosong Prosedur Kerja • Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan • Cuci tangan • Tutup jendela atau pasang sampiran • Atur posisi pasien dengan posisi duduk atau berbaring • Letakkan baskom dibawah tempat tidur, tepat dibawah kepala pasien • Pasang perlak atau pengalas di bawah kepala dan dismbungkan kearah bagian baskom dengan pinggir digulung • Tutup telinga dengan kapas • Tutup dada sampai leher dengan handuk • Kemudian sisir rambut dan lakukan pencucian dengan air hangat. Selanjutnya gunakan shampo dan bilas dengan air hangat sambil dipijat • Setelah selesai, keringkan • Cuci tangan 4. Perawatan Diri pada Mulut dan Gigi Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya, sebab berbagai kuman dapat masuk melalui organ ini. Masalah/Gangguan pada Gigi dan Mulut • Halitosis, bau napas tidak sedap yang disebabkan adanya kuman atau lainnya • Ginggivitas, radang pada daerah gusi • Karies, radang pada gigi • Stomatitis, radang pada daerah mukosa atau rongga mulut • Periodontal disease, gusi yang mudah berdarah dan bengkak • Glostitis, radang pada lidah • Chilosis, bibir yang pecah-pecah Tindakan Perawatan Diri pada Gigi dan Mulut Cara Perawatan Gigi dan Mulut Merupakan tindakan pada pasien yang itdak mampu mempertahankan kebersihan mulut dan gigi dengan membersihkan serta menyikat gigi dan mulut secara teratur. Tujuannya untuk mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut, membantu menambah nafsu makan, serta menjaga kebersihan gigi dan mulut. Persiapan Alat dan Bahan • Handuk dan kain pengalas • Gelas kumur berisi - Air masak/NaCl - Obat kumur - Boraks gliserin • Spatel lidah telah dibungkus dengan kain kasa • Kapas lidi • Bengkok • Kain kasa • Pinset atau arteri klem • Sikat gigi dan pasta gigi Prosedur Kerja • Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan • Cuci tangan • Atur posisi pasien • Pasng handuk di bawah dagu dan pipi pasien • Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang berisi air dan NaCl • Anjurkan pasien untuk membuka. Lakukan mulut dengan sudip lidah bila pasien tidak sadar. • Lakukan pembersihan dimulai dari dinding rongga mulut, gusi, gigi, lidah, bibir. Bila sudah kootor, letakkan di bengkok • Lakukan hingga bersih. Setelah itu, oleskan boraks gliserin • Untuk perawatan gigi, lakukan penyikatan dengan geraan naik turun dan bilas. Lalu keringkan • Cuci tangan 5. Perawatan Diri pada Alat Kelamin Perempuan Tindakan Perawatan Diri pada Alat Kelamin Cara Vulva Higiene Vulva higiene merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu membersihan vulva sendiri. Tujuannya adalah mencegah terjadinya infeksi pada vulva dan menjaga kebersihan vulva. Persiapan Alat dan Bahan • Kapas sublimate atau desinfektan • Pinset • Bengkok • Pispot • Tempat membersihkan (cebok) yang berisi desinfektan • Desinfektan sesuai dengan kebutuhan • Pengalas • Sarung tangan Prosedur Kerja • Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan • Cuci tangan • Atur posisi pasien dengan posisi dorsal recumbent • Pasang pengalas dan pispot, kemudian letakkan dibawah glutea pasien • Gunakan sarung tangan • Lakukan tindakan perawatan kebersihan vulva dengan tangan kiri membuka vulva memakai kapas sublimate dan tangan kanan menyiram vulva dengan larutan desinfektan • Kemudian ambil kapas sublimate dengan pinset, lalu bersihkan vulva dari atas kebawah. Kapas yang telah kotor dibuang ke bengkok. Hal ini dilakukan hingga bersih. • Setelah selesai, ambil pispot dan atur posisi pasien. • Cuci tangan KEBUTUHAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN PASIEN Pemenuhan kebutuhan kebersihan lingkungan pasien yang dimaksud disini adalah kebersihan pada tempat tidur. Melalui kebersihan tempat tidur, diharapakna pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa gangguan selama tidur, sehingga dapat membantu proses pemnyembuhan. Pemenuhan ini melalui prosedur penyiapan tempat tidur tertutup maupun terbuka. Cara Menyiapkan Tempat Tidur Persiapan Alat dan Bahan • Tempat tidur, kasur, bantal • Seprai besar • Seprai kecil • Sarung bantal • Perlak • Selimut Prosedur Kerja • Cuci tangan • Atur tempat tidur, kasur dan bantal • Pasang seprai besar dengn garis tengah lipatannya tepat di tengah kasur/tempat tidur • Atur kedua sisi samping seprai atau tempat tidur dengan sudut 90ยบ, lalu masukkan ke bawah kasur • Pasang perlak di tengah tempat tidur • Pasang seprei kecil di atas perlak • Lipat selimut menjadi empat secara terbalik dan pasang bagian bawah. Masukkan ujung selimut ke bawah kasur • Pasang sarung bantal • Cuci tangan

perawatan diri

HIGIENE  PERAWATAN RAMBUT MENYISIR RAMBUT Pengertian Mengatur rambut dengan serapi-rapinya dengan menggunakan sisir. Tujuan • Menjaga rambut tetap bersih, rapi dan terpelihara • Membantu merangsang sirkulasi darah pada kulit kepala • Membantu mendestribusikan minyak rambut • Mengkaji atau memantau masalah pada rambut dan kulit kepala • Memberikan perasaan senang pada klien • Mencegah terjadinya sarang kutu /kotoran lain • Menambah kepercayaan diri Dilakukan • Pada klien yang tidak dapat menyisir sendiri • Setiap selesai mandi dan jika perlu Persiapan alat Baki berisi : • Sisir • Alas/handuk • Bengkok berisi larutan lisol 2-3% • Potongan kertas tisu dalam tempatnya • Bengkok kosong • Tali pita atau karet untuk mengikat rambut jika perlu • Minyak rambut jika perlu Prosedur Pelaksanaan 1. Bawa alat kedekat klien 2. Beritahu klien dan jelaskan prosedur 3. Cuci tangan 4. Bentangkan handuk dibawah kepala klien kemudian dimiringkan 5. Kaji kulit kepala klien 6. Bagi rambut menjadi dua bagian 7. Sisir rambut mulai dari ujung, makin lama makin keatas sampai pada pangkal rambut 8. Kumpulkan rambut yang rontok dan bungkus dengan kertas kemudian buang ke dalam bengkok kosong 9. Ikat ujung rambut yang panjang (membuat jalinan) demikian juga bagian lainnya, jika perlu 10. Setelah menyisir rambut klien, bersihkan sisir dengan kertas tisu kemudian masukan ke dalam bengkok berisi larutan lisol dan buang kertas tisu ke dalam bengkok kosong. 11. Ambil handuk di bawah kepala klien dan rapikan 12. Bereskan alat, bersihkan kemudian kembalikan (simpan) ketempat semula 13. Cuci tangan 14. Dokumentasi prosedur Perhatian : • Selama bekerja perhatikan keadaan umum klien • Hindarkan rasa sakit pada waktu menyisir rambut • Gunakan sisir yang ujungnya tidak terlalu tajam • Catat dan dokumentasikan setiap kelalaian yang ditemukan, seperti luka (ada) kutu, dan rambut mudah rontok • Jika tidak bisa disisir karena terlalu kusut, minta persetujuan klien untuk memotong rambutnya. MEMASANG KAP KUTU Pengertian Membungkus kepala dan rambut klien setelah diberi obat pembasmi kutu. Tujuan • Membasmi kutu kepala beserta telurnya • Mengindarkan penularannya terhadap orang lain • Menghindari kutu kepala berjatuhan • Memelihara rambut Persiapan Alat Baki berisi : • Sisir biasa 2 buah dan sisir kutu 1 buah • Mitella (pembalut segitiga) • Pengalas (perlak atau handuk) • Obat pembasmi kutu dalam tempatnya (mis. Peditox) • Potongan tisu dan kain kasa dalam tempatnya • Dua bengkok ; satu kosong, satu berisi lisol 2% • Koran • Dua atau tiga peniti • Sarung tangan bersih • Celemak dan tutup kepala • Ember berisi larutan lisol 2-3% Prosedur Pelaksanaan 1. Bawa alat ke dekat klien 2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan 3. Cuci tangan 4. Pakai celemek, tutup kepala, dan sarung tangan 5. Dudukkan klien (jika memungkinkan) dan dekatkan kepala kepinggir tempat tidur 6. Pasang alas sampai bahu klien lalu beri peniti 7. Letakan ember berisi larutan lisol dibelakang klien 8. Letakan kertas karton sebagai sambungan alas ke ember 9. Sisir rambut dengan sisir biasa kemudian dengan sisir kutu 10. Bersihkan sisir dengan potongan tisu kemudian dimasukkan bersama sisir kutu ke dalam bengkok yang berisikan larutan lisol 11. Gosok kulit kepala dan rambut dengan kasa yang telah dibasahi dengan obat pembasmi kutu, dari pangkal hingga ujung rambut secara merata 12. Sisir rambut dengan sisir biasa, jalin longgar jika rambut panjang kemudian gulung 13. Masukan sisir ke dalam bengkok berisi larutan lisol 14. Bungkus kepala klien dengan kain segitiga, telinga jangan sampai tertutup selama 12-18 jam (sesuai petunjuk) 15. Buka tutup kepala dan celemek, lalu masukan kedalam ember berisi larutan lisol 16. Lepaskan sarung tangan, lalu masukan kedalam bengkok berisi larutan lisol 17. Rapikan klien 18. Bereskan dan bersihkan alat, kembalikan ketempat semula 19. Cuci tangan 20. Dokumentasikan tindakan Perhatian : • Perhatikan keadaan klien dan reaksinya terhadap obat • Kap kutu dipasang 12-18 jam (baca petunjuknya) • Hindarkan penularan pada diri sendiri dan klien lain • Hati-hati jangan sampai obat mengenai mata • Alat-alat tenun direndam dalam larutan desinfektan • Jika perlu, prosedur ini diulang lebih kurang seminggu sesudahnya • Jika ada luka di kepala klien kondisinya lemah / tidak sadar, tidak diperkenankan memasang kap kutu. MENCUCI RAMBUT (KERAMAS) Pengertian Menghilangkan kotoran pada rambut dan kulit kepala dengan menggunakan sabun atau sampo kemudian dibilas dengan air bersih sampai bersih. Tujuan : • Memberikan perasaan senang dan segar kepada klien • Rambut tetap bersih, rapi dan terpelihara • Merangsang peredaran darah dibawah kulit kepala • Membersihkan kutu dan atau ketombe Dilakukan : • Jika rambut kotor • Pada klien yang akan menjalani operasi • Secara rutin lima hari sekali, jika keadaan klien memungkinkan • Setelah dipasangkap kutu Persiapan Alat : • Baki berisi - Dua buah sisir - Dua buah handuk - Satu buah waslap - Sarung tangan bersih - Kipas dan tempatnya - Sabun/sampo - Alas (handuk / perlak) - Talang karet - Kom kecil (mangkok) serta kain kasa dalam tempatnya 2-3 potong - Bengkok berisi larutan lisol 2-3% - Sarung tangan bersih - celemek • Gayung • Ember berisi air bersih • Kain pel • Ember kosong • Ceret /termos berisi air panas Prosedur Pelaksanaan : 1. Bawa alat kedekat klien 2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan 3. Cuci tangan 4. Pakai celemek 5. Pakai sarung tangan 6. Atur posisi tidur klien senyaman mungkin dengan kepala dekat sisi tempat tidur 7. Pasang perlak dan handuk dibawah kepala klien 8. Letakan ember yang dialasi kain pel dilantai, dibawah kepala klien 9. Pasang talang dan arahkan ke ember yang kosong 10. Tutup lubang telinga luar dengan kapas dan tutup mata klien dengan waslap 11. Tutup dada dengan handuk sampai ke leher 12. Sisir rambut kemudian sirami dengan air hangat dengan menggunakan gayung 13. Gosok pangkal rambut dengan kain kasa yang telah diberi sampo kemudian urut dengan ujung jari. Kasak otor dibuang kebengkok 14. Bilas rambut sampai bersih kemudian keringkan 15. Angkat tutup telinga dan mata 16. Angkat talang, masukan kedalam ember dan letakan handuk dalam baki 17. Kembalikan klien pada posisi semula dengan cara mengangkat kepala dan alasnya serta meletakkannya diatas bantal 18. Sisir rambut klien kembali dengan sisir bersih dan biarkan kering, atau keringkan dengan alat pengering rambut lalu sisir sampai rapi 19. Rapikan klien 20. Lepas sarung tangan dan masukkan kedalam bengkok 21. Lepaskan celemek dan masukkan kedalam ember kosong 22. Bereskan dan bersihkan alat 23. Kembalikan alat ketempat semula 24. Cuci tangan 25. Dokumentasikan tindakan Perhatian : • Selama bekerja, perhatikan keadaan umum klien • Buang air dalam ember jika hampir penuh • Pakaian klien yang basah/kotor harus diganti • Bekerja dengan teliti agar klien dan sekitarnya tidak basah • Hindarkan tindakan yang menyebabkan klien lelah atau kedinginan  PERAWATAN PADA JARI KUKU DAN TANGAN MEMELIHARA DAN MEMOTONG KUKU Pengertian Memotong kuku klien yang panjang karena klien tidak dapat melakukannya Tujuan : • Menjaga kebersihan tangan dan kaki • Mencegah timbulnya luka (infeksi) • Mencegah kaki berbau tidak sedap • Mengkaji/memantau masalah pada kuku tangan dan kaki Dilakukan Pada Klien yang tidak dapat melakukan sendiri Persiapan Alat Baki berisi • Pengalas (perlak kecil dan alasnya) • Gunting kuku • Handuk • Bengkok berisi lisol 3% • Baskom berisi air hangat (37-40C) • Sabun • Sikat kuku • Sarung tangan bersih • Aseton (jika perlu) • Kapas Prosedur Pelaksanaan Memotong kuku pada jari tangan 1. Bawa alat ke dekat klien 2. Beritahu klien mengenai tujuan dan prosedur yang akan dilakukan] 3. Cuci tangan 4. Pakai sarung tangan 5. Pasang pengalas dibawah tangan 6. Rendam tangan dalam baskom berisi air hangat selama 1-2 menit untuk melunakan kuku. Jika kuku sangat kotor, sikat dengan sikat kuku dan sabun, bilas dengan air hangat, keringkan dengan handuk. MEMBERSIHKAN MULUT (HIGIENE ORAL KHUSUS) Pengertian Membersihkan rongga mulut, lidah, dan gigi dari semua kotoran/sisa makanan dengan menggunakan kain kasa atau kapas yang dibasahi dengan air bersih Tujuan : • Meningkatkan daya tahan tubuh • Mencegah timbulnya penyakit infeksi, baik lokal maupun penularan melalui mulut • Menghindari bau mulut • Memberikan perasaan senang dan segar pada klien • Merupakan suatu usaha pengobatan • Melaksanakan kebersihan perorangan Dilakukan Pada • Klien yang tidak dapat menggunakan sikat gigi, misalnya : Stomatitis hebat penyakit darah tertentu, dll • Klien yang sakit payah atau tidak sadar • Klien sesudah operasi mulut/patah tulang rahang Persiapan Alat Baki perasat berisi : • Handuk dan perlak • Gelas kumur berisi air masak/NaCI 1% air garam • Kom kecil berisi boraks gliserin/gentian violet secukupnya • Baik steril tertutup berisi kapas lidi, kasa/deppers, pincet / arteri klem, sudip lidah • Sarung tangan bersih • Bengkok 2 buah • Perlak kecil dan alasnya Prosedur Pelaksanaan 1. Bawa alat dekat klien 2. Jelaskan kepada klien tujuan dan prosedur yang akan dilaksanakan (pada klien yang sadar) 3. Cuci tangan 4. Pasang alas/handuk dibawah dagu dan pipi klien 5. Pakai sarung tangan 6. Jepit deppers dengan ujung pincet/arteri klem dan basahi dengan air masak/NaCI/air garam 7. Buku mulut klien dengan sudip lidah yang sudah dibungkus kasa (bila klien tidak sadar) 8. Bersihkan rongga mulut mulai dari dinding, gusi, gigi dan terakhir gigi bagian luar dengan hati-hati 9. Kain kasa/deppres yang sudah kotor dibuang kedalam bengkok 10. Ulangi tindakan sampai bersih 11. Selanjutnya olisi bibir dengan boraks gliserin, jika terdapat stomatitis/ olisi dengan gentian violet atau obat lainnya menggunakan lidi kapas 12. Angkat bengkok yang berisi kain kasa, deppres, lidi kapas, pincet klem yang kotor dan letakkan diatas baki/meja dorong 13. Angkat perlak atau alas 14. Lepaskan sarung tangan dan masukkan kedalam bengkok 15. Rapikan klien 16. Bawa alat-alat ke tempat cucian untuk dibersihkan, lalu simpan pada tempatnya masing-masing 17. Cuci tangan 18. Dokumentasi tindakan MEMELIHARA MULUT PADA KLIEN PATAH TULANG RAHANG Pengertian Membersihkan rongga mulut, lidan dan gigi dari semua kotoran/sisa makanan dengan menggunakan kain kasa atau kapas yang dibasahi dengan air bersih Tujuan • Meningkatkan daya tahan tubuh • Mencegah timbulnya penyakit infeksi baik lokal maupun penularan melalui mulut • Menghindari bau mulut • Memberikan perasaan senang dan segar pada klien • Merupakan suatu usaha pengobatan • Melaksanakan kebersihan perorangan Persiapan Alat Baki perasat berisi : • Handuk/kain pengalas • Mangkok/gelas berisi larutan garam/NaCI 0,9% atau bethadine cargel (Betadin kumur) • Bak steril berisi lidi kapas atau kasa, pincet, spuit/semprit 10cc • Sarung tangan bersih • Tisu Prosedur pelaksanaan 1. Bawa alat ke dekat klien 2. Beritahu klien tujuan dan prosedur yang akan dilaksanakan 3. Cuci tangan lalu pakai sarung tangan 4. Pasang handuk/alas diatas dada sampai dibawah dagu 5. Letakkan bengkok dibawah dagu/pipi klien 6. Bersihkan gigi dengan menyemprotkan NaCI berulang kali sampai bersih dan anjurkan agar air kotor dibuang ke dalam bengkok 7. Bersihkan gigi/kawat pengikat dengan lidi kapas/kain kasa yang dibasahi dengan NaCI beulang kali dengan hati-hati sampai bersih 8. Keringkan/bersihkan mulut dan sekitarnya dengan handuk/tisu 9. Singkirkan bengkok kotor ke atas baki meja dorong 10. Rapikan klien dan lepas sarung tangan 11. Bereskan alat, cuci dan simpan ketempatnya masing-masing 12. Cuci tangan 13. Dokementasikan tindakan Perhatian : • Jaga jangan sampai menambah infeksi • Hati-hati jangan sampai kawat pengikat terlepas/berubah posisi • Cegah jangan sampai klien kesakitan MEMELIHARA GIGI PALSU Pengertian : Membersihkan dan merawat gigi yang dapat ditinggalkan atau dilepas Tujuan : • Menjaga supaya gigi palsu tetap bersih dan terpelihara • Mencegah infeksi pada jaringan mulut Dilakukan pada Klien yang mempunyai gigi palsu tetapi tidak mampu merawatnya Persiapan Alat Baki perasat berisi : • Dua gelas plastik berisi air bersih (masak) • Sikat gigi dan pasta gigi • Bengkok dan sarung tangan bersih • Kom berisi 1-2 potong kasa Prosedur Pelaksanaan 1. Bawa alat ke dekat klien 2. Jelaskan kepada klien tujuan dan prosedur yang akan dilakukan 3. Cuci tangan dan pakai sarung tangan 4. Tampung gigi palsu dalam gelas jika klien mampu menaggalkannya. Jika klien tidak dapat meninggalkan gigi palsu, perawat yang melakukannya dengan menggunakan kain kasa kemudian dimasukan kedalam gelas dan kasa kotor dimasukan kedalam bangkok 5. Bersihkan gigi palsu dengan sikat gigi yang telah dibubuhi pasta gigi dibawah air mengalir 6. Masukan gigi palsu yang sudah bersih kedalam gelas yang berisi air 7. Berikan gigi palsu kepada klien untuk dipasang kembali jika klien dapat memasangnya sendiri. Jika klien tidak dapat memasang sendiri, perawat yang memasangkan gigi palsu dengan menggunakan kain kasa secara tepat kemudian kasa dimasukan dalam bengkok. 8. Rapikan klien kemudian buka sarung tangan 9. Bereskan alat dan bawa ke ruang pembersihan untuk dicuci bersih/kering lalu simpan ditempatnya 10. Cuci tangan 11. Dokumentasikan tindakan TEMPAT TIDUR TERBUKA Pengertian Merupakan tempat tidur yang sudah disiapkan tanpa sprei penutup (over laken) Tujuan Dapat segera digunakan Dilakukan : • Jika ada klien baru • Pada tempat tidur klien yang dapat/boleh turun dari tempat tidur Persiapan Alat Sama dengan pemasangan alat tenun pada tempat tidur tertutup, hanya tidak memakai over laken/sprei penutup. Prosedur Pelaksanaan : Seperti menyiapkan tempat tidur tertutup, tetapi tidak dipasang over laken. Jika telah tersedia tempat tidur tertutup, angkat over laken kemudian lipat. Perhatian : • Alat tenun yang sobek tidak boleh dipakai • Memasang alat tenun harus tegang dan rata agar rapi dan nyaman dipakai TEMPAT TIDUR KLIEN PASCAOPERASI (Aether Bed) Pengertian Merupakan tempat tidur yang disiapkan untuk klien pascaoperasi yang mendapat narkose (obat bius) Tujuan • Menghangatkan klien • Mencegah penyulit/komplikasi pascaoperasi Persiapan alat • Tambahkan satu selimuti tebal pada alat tenun untuk tempat tidur terbuka • Dua buah buli-buli panas/WWZ (Warm Water Zack) dengan suhu air 40C-43C • Perlak dan handuk dalam satu gulungan dengan handuk di bagian dalam • Termometer air (jika ada) Prosedur Pelaksanaan 1. Cuci tangan 2. Pada tempat tidur terbuka, angkat bantal dan bentangkan gulungan perlak dan handuk pada bagian kepala 3. Pasang selimut tambahan hingga menutup seluruh permukaan tempat tidur 4. Letakkan buli-buli panas diantara sprei dan selimuti pada bagian kaki, arahkan mulut buli-buli ke pinggir tempat tidur 5. Angkat buli-buli panas sebelum klien dibaringkan, setelah kembali dari kamar bedah MEMANDIKAN KLIEN DEWASA DITMPAT TIDUR Pengertian Membersihkan / memandikan tubuh klien dengan air bersih dan sabun pada klien yang tidak dapat mandi sendiri Tujuan • Membersihkan kulit dan menghilangkan bau badan • Memberikan rasa nyaman dan relaksasi • Merasang sirkulasi darah pada kulit • Mencegah infeksi pada kulit • Mendidik klien mengenai kebersihan perorangan Dilakukan Pada • Klien baru yang tidak dapat mandi sendii, terutama jika sangat kotor dan keadaan umumnya memungkinkan • Pada klien yang dirawat sekurang-kurangnya dua kali sehari, sesuai dengan kondisinya Persiapan Alat • Satu setel pakaian bersih • Baskom mandi 2 buah, masing-masing berisi air dingin dan air hangat 43-46C • Waslap 2 buah • Perlak dan handuk kecil • Handuk besar/sedang 2 buah • Selimuti mandi/kain penutup • Tempat bertutup untuk pakaian kotor • Sampiran, jika perlu • Sabun mandi • Talk • Jika klien ingin BAK/BAB, tambahkan peralatan yang membantu klien untuk eliminasi • Termos berisi air panas (jika perlu) Persiapan Klien Klien diberi penjelasan dan dianjurkan untuk buang air kecil dulu (jika klien sadar) Prosedur Pelaksanaan 1. Tutup pintu, jendela atau gorden, dan gunakan scherm, jika perlu 2. Cuci tangan 3. Pindahkan selimuti dan bantal klien dari tempat tidur, jika bantal dibutuhkan gunakan seperlunya pasang selimuti mandi 4. Berdiri disisi kiri atau kanan klien 5. Beri tahu klien bahwa pakaian bagian atas harus dilepas, lalu bagian yang terbuka tersebut ditutup dengan selimuti mandi 6. Klien dimandikan dengan urutan berikut • Membasuh muka • Membasuh lengan • Membasuh dada dan perut • Membasuh punggung • Membasuh kaki Membasahi Muka 1. Bentangkan perlak kecil dan handuk kecil dibawah kepala 2. Bersihkan muka, telinga dan leher dengan waslap lembap, lalu keringkan dengan handuk 3. Gulung pelak dan handuk Membasuhi Lengan 1. Turunkan selimuti mandi ke bagian perut klien 2. Keataskan kedua tangan klien, pasang handuk besar diatas dada klien secara melintang, lebarkan ke kiri dan kanan sehingga kedua tangan klien dapat diletakan diatas handuk 3. Basahi tangan klien dengan waslap air bersih kemudian sabuni dengan menggunakan waslap. Lakukan dari bagian yang terjauh dari petugas kemudian belas dengan air hangat sampai bersih. Jika telapa tangan klien kotor, cuci dengan air bersih pada bangkok. Selanjutnya keringkan dengan handuk/ selanjutnya lakukan prosedur ini pada tangan yang satunya. Membasahi Dada dan Perut 1. Tanggalkan pakain bawah klien dan turunkan selimuti sampai perut bagian bawah 2. Keataskan kedua tangan klien, angkat handuk dan bentangkan pada sisi klien 3. Basahi ketiak, dada dan perut klien dengan waslap basah, beri sabun kemudian bilas dan keringkan 4. Lakukan pada sisi klien yang terjauh kemudian pada sisi yang dekat dengan perawat. Selanjutnya, tutup dengan kain penutup atau handuk yang lain. Membasuh Punggung 1. Miringkan klien ke kiri 2. Bentangkan handuk dibawah punggung sampai bongkok klien 3. Basahi punggung sampai bokong, beri sabun kemudian bilas dan keringkan 4. Miringkan klien ke kanan, bentangkan handuk dibawah punggung sampai bongkong 5. Basahi punggung sampai bokong klien dengan waslap, beri sabun, lalu bilas dan keringkan seperti tadi 6. Telentangkan klien, kenakan pakaian bagian atas yang bersih dengan rapi. Sebelumnya, jika klien menghendaki, beri talk dan gosok badan klien dengan talk dan gosok badan klien dengan talk secukupnya Membasahi Kaki 1. Keluarkan kaki klien yang jauh dari petugas dari dalam selimuti mandi 2. Bentangkan handuk dibawah kaki tersebut dan lutut ditekuk 3. Basahi kaki mulai dari pergelangan kaki sampai pangkal paha, beri sabun kemudian bilas. Basuh telapak kaki dengan air bersih dalam baskom, lalu keringkan 4. Lakukan juga pada kaki yang satu lagi Membasuhi Daerah Lipat Paha dan Genital 1. Bentangkan handuk dibawah bokong, lalu buka selimuti bagian bawah 2. Basahi daerah lipat paha dan genital, beri sabun, bilas lalu keringkan. Untuk daerah genital wanita, sebaiknya gunakan sabun khusus untuk kemaluan, bila tidak tersedia, cukup dibasuhi dengan air sampai bersih. Karena sabun biasa dapat mengiritasi genital (PH sabun basa sehingga tidak sesuai) 3. Angkat handuk dari bawah bokong klien, dan kenakan pakaian bagian bawah klien 4. Setelah rapi, ganti selimuti mandi klien dengan selimuti tidur 5. Atur posisi klien senyaman mungkin, pasang kembali bantal klien 6. Berekan pakaian dan alat tenun yang kotor serta peralatan lain dan kembalikan ke tempatnya 7. Cuci tangan PERAWATAN DAERAH GENITAL DAN PERINEAL Pengertian Membersihkan daerah kemaluan dan sekitanya pada klien yang tidak dapat melakukan sendiri Tujuan • Menjaga kebersihan • Mencegah infeksi • Memberikan rasa nyaman pada klien Higiene Vulva (Perawatan Daerah Genital dan Perineal Pada Wanita) Persiapan Alat • Baskom mandi/botol cebok berisi air hangat dengan suhu air 41-43C • Kom berisi kapas air hangat bersih • Selimut mandi • Cairan pembersih kemaluan khusus wanita • Waslap 2 buah • Pengalas • Bedpan/pispot • Bengkok • Sarung tangan bersih dalam tempatnya • Tisu kamar mandi • Tempat kain kotor bertutup • Scherm/sampiran Prosedur Pelaksanaan 1. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien 2. Bawa alat ke dekat klien 3. Tutup pintu dan jendela/tirai kamar klien 4. Atur tempat tidur klien agar posisi kerja nyaman 5. Cuci tangan 6. Ganti selimuti klien dengan selimuti mandi, dengan 1 ujung selimuti diantara kedua tangan tungkai klien, 2 ujung lainnya mengarah ke masing-masing sisi tempat tidur, dan I ujung yang lain pada dada klien. Jika selimuti mandi digunakan seperti biasa. 7. Atur posisi klien rekumben dorsal dan lepaskan pakaian bawah klien 8. Lilitkan ujung selimuti ke sekeliling tungkai terjauh klien dengan menarik ujung selimuti mandi dan melipatnya dibawah panggul. Lakukan juga hal ini pada tungkai dekat perawat 9. Pasang pengalas dan pispot dibawah bokong klien 10. Cuci tangan lagi, jika perlu 11. Siapkan botol cebok 12. Gunakan sarung tangan pada tangan kiri 13. Lipat keatas ujung bawah selimut mandi diantara kaki klien ke arah abdomennya. Jika selimuti tidak dililitkan buka bagian selimut pada samping klien, jangan bawah klien 14. Buka labia mayora kanan dan kiri dengan tangan yang menggunakan sarung tangan 15. Siram dengan air hangat dari arah vulva ke perineal 16. Angkat pispot dari bawah bokong klien 17. Dekatkan kom berisi kapas air hangat dan bengkok diantara kedua kaki klien 18. Gunakan sarung tangan pada tangan dominan 19. Ambil kapas dengan tangan dominan secukupnya untuk mengusap genital 20. Buka labia mayora seperti tadi 21. Bersihkan daerah genital dengan mengusapkan kapas dari arah atas ke arah bawah (parenium) lakukan mulai dari bagian terluar, yaitu labia mayora kanan kemudian kirim dilanjutkan labia minora kanan dan kiri, dan yang terakhir usap bagian tengah genital. Lakukan masing-masing dengan 1 kapas dan sekali usap. Gunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk mengusap, dan lindungi kapas yang belum digunakan dengan jari yang lain. Ulangi sekali lagi mulai dari labia mayora kembali.] 22. Jika perlu, basuh dengan air hangat lagi kemudian keringkan dengan handuk/tisu kamar mandi 23. Sisihkan kom dan bengkok 24. Lipat ujung tengah selimuti mandi ke arah belakang diantara kaki pasien 25. Bantu klien untuk miring 26. Bersihkan daerah anal, dengan mengusap dari arah vagina ke anus dengan satu gosokkan, ulangi dengan waslap bersih sampai berisih. 27. Keringkan dengan handuk kecil/tisu kamar mandi 28. Bantu klien untuk telentang 29. Lepaskan sarung tangan 30. Bantu klien mengenakan pakaian bawahnya, gulung pengalas 31. Ganti selimuti mandi dengan selimuti tidur 32. Rapikan dan atur posisi klien agar nyaman 33. Tanyakan apakah pasien telah merasa nyaman dan bersih 34. Bereskan alat-alat kemudian cuci tangan

PARADIGMA ASUHAN KEBIDANAN

paradigma asuhan kebidanan meliputi pengertian paradigma, komponen paradigma kebidanan. • manusia • Lingkungan • Kesehatan • Kebidanan • Macam-macam asuhan kebidanan • Manfaat paradigma Pengertian paradigma Paradigma asuhan kebidanan adalah : berupa pandangan terhadap manusia atau wanita, lingkungan, layanan kesehatan dan kebidanan. A. Manusia Adalah makhluk bio-psio-sosio-kultural-spiritual serta untuk dan berkembang punya siklus tumbuh dan berkembang Punya kemampuan untuk mengatasi perubahan dunia (kemampuan dari lahir atau belajar dari lingkungan ) Cenderung mempertahankan keseimbangan hemeostatis Cenderung beradaptasi dengan lingkungan Memenuhi kapasitasa berfikir,belajar merasionalisme berkomunikasi dan mengembangkan budaya serta nilai-nilai Terdiri dari pria dan wanita keluarga B. Lingkungan • Semua yang ada dilingkungan dan terlibat dalam interaksi individu pada waktu melaksanakan aktivitasnya • Adalah organisasi pada waktu biologi yang meliputi semua organisme yang berada dalam wilayah tertantu yang berintegrasi dengan lingkungan fisik • Lingkungan menjadi persyaratan yang penting agar kesehatan ibu dapat terjaga • Penyesuaian ibu terhadapan lingkungan sekitarnya serta tempat tinggal yang memadai juga menunjang kesehatan ibu • Lingkungan fisik -terdiri dari semua benda-benda mati yang berada disekitar kita -wanita merupakan bagian dari keluarga serta unit dari komuniti -keluarga bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan *Budaya -Meliputi sosial-ekonomi-pendidikan,kebudayaan -Lokasi tempat tinggal keluarga sangat menentukan derajat kesehatan bumil,bulin,dan bufas *Psikossosial -ibu sebagai wanita terlibat dalam interaksi antara keluarga kelompok dan masyarakat -keberadaan wanita yang sehat jasmani,rohani, dan sosial sangat diperlukan dalam keluarga karena wanita mempunyai 5 peran yang sangat penting dalam keluarga *Biologis -meliputi genetika, biomedik, dan maturristik -Manusia merupakan susunan sistem organ tubuh yang mempunyai kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya C. Kesehatan  Terdapat “perilaku”, yaitu : hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya  Sehat menurut WHO adalah;suatu keadaan baik fisik,mental,dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan  Sehat bukan bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan proses yaitu proses adaptasi Individu yang tidak hanya terdapat fisik tetapi juga terhadap lingkungan sosial  Wujud dalam bentuk pengetahuan,sikap dan tindakan C. Kebidanan  Pelayanan kebidanan terbagi menjadi 3 jenis: *pelayanan kebidanan primer adalah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan *pelayanan kebidanan kaloborasi adalah layanankebidanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang dilakukan bersama-sama *pelayanan kebidana rujukan adalah layangn yang dilakukan oleh badan rujukan kesistem layanan yang lebih tinggi  Batang ilmu kebidanan terdiri dari yaitu : *ilmu kedokteran *ilmu keperawatan *ilmu kesehatan masyarakat *ilmu sosial *ilmu budaya *ilmu psikologi * ilmu manajemen  Pelayanan kebidanan *seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan *tujuan meningkatkan KIA dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat *ilmu budaya *ilmu psikologi * ilmu manajemen  Pelayanan kebidanan *seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan *tujuan meningkatkan KIA dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat E. Macam-macam asuhan kebidanan • Asuhan kebidanan pada ibu hamil • Asuhan kebidanan pada ibu bersalin • Asuhan kebidanan pada ibu nifas • Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir • Asuhan kebidanan pada neonatus dan balita (sehat /sakit) • Asuhan kebidanan pada pelayanan kb • Asuhan kebidanan pada gangguan sistem reproduksi • Paradigma kebidana bermanfaat bagi bidang dalam memberikan asuhan kebidanan antara lain *manfaat bagi bidan -membantu bidan dalam mengkaji kondisi klien -membantu bidan dalam memahami masalah dan kebutuhan klien -memudahkan dalam merencanakan dan melaksanakan asuhan yang berkualitas sesuia dengan kondisi klien *manfaat bagi pasien -menbantu klien untuk mendapatkan rasa nyaman dan aman dalam menerima asuhan kebidanan -membantu klien dalam meningkatkan kemampuan berperan serta sebagai individu yang bertanggung jawab atas kesehatan -meningkatkan perilaku positip klien yang akan meningkatkan kesehatan ibu dan anak – Manfaat paradigma dikaitkan dengan asuhan kebidanan: * orang /individu /manusia adalah fokus kebidanan * orang /manusia harus bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri * manusia berinteraksi dengan lingkungan atau masyarakat * lingkungan atau masyarakat dapat mempengaruhi kesehatan * bidan sebagai manusia harus memiliki ilmu pengetahuan untuk mengetahui diri sendiri * dengan mengetahui bagaimana diri sendiri diharapkan bidan dapat memahami orang lain atau manusia. Sehingga bidan harus bersikap objektif dalam memberikan pelayanan bidan kepada wanita-wanita. Sifat-sifat manusia harus diperhatikan, keterbukaan dan kesabaran antara hubungan bidan dan wanita sangat dibutuhkan . * Interaksi antara bidan dan pasien mendorong keterbukaan hubungan bidan dengan wanita * Bidan-bidan saling membutuhkan * Bidan harus menganggap pekerjaan sebagai suatu hal yang menarik, membutuhkan ketertarikan dalam aspek kesehatan .

MODEL KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN

MODEL KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN MELIPUTI :  MIDWIFE CARE  PERADIGMA SEHAT PENGERTIAN Model Model merupakan contoh atau peraga untuk menggambarkan sesuatu Model kebidanan Suatu bentuk pedoman atau acuan yg merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan Konseptual model Pengertian konseptual model adalah : 1. Gambaran abstrak suatu ide yg menjadi dasar suatu disiplin ilmu 2. Pada dasarnya sama dengan pengertian konsep kerangka kerja, sistem dan skema. Konseptual model biasanya berkembang dari wawasan intuitif, keilmuan dan sering kali disimpulkan dalam kerangka acuan disiplin ilmu yg bersangkutan (Fawcett,1992) sehingga konseptual model memberikan gambaran abstrak atau ide yg mendasari suatu disiplin ilmu. 3. Konsep model ditunjukan dengan banyak cara yaitu mental model, fisikal model,dan simbolik ( lancaster and lavcaster,1992) Konseptual Model Kebidanan Model dalam kebidanan berdasarkan pada 4 element yaitu ; a. Orang (wanita,ibu,pasangan,dan orang lain) b. Kesehatan c. Lingkungan d. Kebidanan Model Kebidanan dpat digunakan untuk: a. Menyatukan data secara lengkap b. Menjelaskan siapa itu bidan, apa yg dikerjakan, keinginan dan kebutuhan Macam Model Kebidanan 1. Model dalam mengkaji kebutuhan dalam praktek kebidanan. 2. Model medical 3. Model sehat untuk semua/Health For All (HFA) 4. Model menolong bagi bidan dirumah sakit 5. Model sistem maternitas di komunitas yg ideal 6. Teori model kebidanan Model of care the midwifery patnership didasarkan pada prinsip midwifery care berikut ini: 1. Mengakui dan mendukung adanya keterkaitan antara badan, pikiran, jiwa, fisik,dan lingkungan kultur sosial. 2. Berasumsi bahwa mayoritas kasus wanita yg bersalin dapat ditolong tanpa adanya intevensi. 3. Mendukung dan meningkatkan proses persalinan alami. 4. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dengan seni dan ilmu pengetahuan. 5. relationship-based dan kesinambungan dalam motherhood. 6. Woman centered dan bertukar pikiran antara wanita. 7. Kekuasaan wanita yaitu berdasarkan tanggung jawab untuk suatu pengambilan suatu keputusan. 8. 8. Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktek individu. PARADIGMA SEHAT 1. Konsep tentang sehat sehat merupakan sebuah keadaan yg tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yg meliputi aspek fisik,emosi,sosial,dan spiritual. 2. Definisi sehat a. WHO/ World Health Organization 1957 Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yg berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yg dimiliki. b. WHO 1974 sehat adalah keadaan yg sempurna dari fisik,mental,sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yg dapa meningkatkan konsep sehat yg positif(WHO 1974 a. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yg menyeluruh b. Memandang sehat dengan mengidentifikasikan lingkungan internal c. Penghargaan terhadap pentingnya peran idividu dalam hidup. MODEL SEHAT Model sehat meliputi: a. Model rentang sehat b. Model kesejahteraan tingkat tinggi (dunn) c. Model agen-pejamu-lingkungan d. Model keyakinan – kesehatan Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Kegiatan peningkatan kesehatan dapat bersifat aktif maupun pasif: a. Peningktan kesehatan pasif merupakan strategi peningkatan kesehatan dimana individu akan memperoleh manfaat dari kegiatan yg dilakukan oleh tanpa harus melakukannya sendiri b. Peningkatan kesehatan aktif pada strategi ini setiap individu diberikan motivasi untuk melakukan program kesehatan tertentu. Paradigma sehat merupakan model pembangunan kesehatan yg berorientasi pada peningkatan , pemeliharaan, dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan pada orang sakit.

LINGKUP PRAKTIK KEBIDANAN

Lingkup Praktik Kebidanan Lingkup praktik bervariasi, berdasarkan :  Pedoman nasional & regional  Kode praktik profesional  Praktik-praktik & keyakinan kultural  Mutu pendidikan & pelatihan kebidanan  Kerjasama dari komunitas medis Secara umum Bidan menyediakan kebutuhan asuhan kesehatan bagi wanita Resiko Rendah , meliputi : o Penapisan & pendidikan o Asuhan antenatal o Asuhan intrapartum o Asuhan bayi baru lahir o KB o Asuhan Primer rutin o Komponen-komponen ASKEB di Indonesia digariskan dalam “Kompetensi Bidan di Indonesia” o Komponen tersebut difokuskan terutama seputar kehamilan & kelahiran Kompetensi Bidan adalah : Pengetahuan, ketrampilan & perilaku yang harus dimiliki oleh seorang Bidan dlm melaksanakan praktik kebidanan secara aman & bertg jawab pada tatanan pelayanan kesehatan Kompetensi dikelompokan dalam 2 kategori :  Kompetensi Inti / Dasar : Merupakan kompetensi minimal yg mutlak di miliki oleh bidan  Kompetensi Tambahan / lanjutan : Merupakan pengembangan dari pengetahuan & ketrampilan dasar u/mendukung tugas bidan dlm memenuhi tuntutan / kebutuhan masy. yg sangat dinamis serta perkemb. IPTEK 9 Kompetensi Bidan di Indonesia : 1. Pengetahuan umum, ketrampilan & perilaku yg berhub. Dg ilmu-ilmu sosial, kes masy. 2. Pra konsepsi, KB & ginekologi 3. Asuhan & konseling selama kehamilan 4. Asuhan selama persal & kelahiran 5. Asuhan pd ibu nifas & menyusui 6. Asuhan pd BBL 7. Asuhan pd bayi & Balita 8. Kebidanan Komunitas 9. Asuhan pd wanita dg gang sistem reproduksi Lingkup praktik kebidanan, meliputi :  Asuhan mandiri / otonomi pd : anak-anak perempuan, remaja putri, wanita dewasa pra konsepsi, wanita dewasa slm hamil dst.  Memberikan pengawasan & asuhan serta nasehat selama masa hamil, bersalin & nifas  L. pelay. KB (mberikan obat, alkon oral, suntikan, AKDR, AKBK dan kondom, konseling, pencabutan AKDR, pencabutan AKBK tanpa penyulit)  L. pelay Kesehatan masyarakat (pembinaan peran serta masya di bidang KIA, memantau tumbang, kebidanan komunitas, pertolongan pertama & merujuk dan penyuluhan IMS, penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Aditif lainnya serta penyakit lainnya). Hubungan kompetensi dg lingkup Praktek kebidanan Pengetahuan, ketrampilan dan sikap (Kompetensi) tanpa adanya kewenangan (lingkup praktek) maka dikatakan sebagai bentuk pelay yg tdk ss dg standar pelay.  Asuhan kebidanan ini termasuk pengawasan yan kes masy di posyandu, penyuluhan & penkes pd ibu, klg & masy. Termasuk mjd ortu, menentukan KB, deteksi abnormal pd ibu & bayi, usaha memperoleh pendampingan khusus bila diperlukan (konsultasi & rujukan), & pelaksanaan kegawatdaruratan primer & sekunder pd saat tidak ada pertolongan medis. Sasaran praktik kebidanan :  Anak-anak perempuan  Remaja putri  WUS (wanita usia subur)  Wanita hamil  Ibu Bersalin  Ibu nifas & menyusui  Bayi baru lahir (BBL)  Bayi & Balita  Keluarga, Kelompok & masyarakat  Ibu / wanita dg gang sitem reproduksi Lahan praktik kebidanan :  Balai Pengobatan (BP) : dokter, perawat  RB/BPS (Bidan Praktik Swasta)  Puskesmas (Bidan di Desa)  RS (swasta/pemerintah

FOKUS, DASAR PEMIKIRAN DAN TUJUAN DALAM TEORI

DASAR PEMIKIRAN, FOKUS DAN TUJUAN DALAM TEORI KEBIDANAN 1. TEORI REVA RUBIN Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di alaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan. Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan antara lain: a. kesejahteraan ibu dan bayi b. penerimaan dari masyarakat c. penentuan identitas diri d. mengetahui tentang arti memberi dan menerima Perubahan yang umum terjadi pada waktu hamil a. Cenderung tergantung dan membutuhkan lebih banyak perhatian b. Mempu memperhatikan perkembangan janinnya c. Membutuhkan sosialisasi Reaksi yang umum pada kehamilan a. Trimester 1 : ambivalent, takut, fantasi, khawatir b. Trimester 2 : perasaan lebih nyaman, kebutuhan mempelajari tumbuh kembang janin, pasif, introvert, egosentris, self centered c. Trimester 3 : perasaan aneh, merasa jelek, sembrono, lebih introvert, merefleksikan terhadap pengalaman waktu kecil 4 tahapan psikososial a. anticipatory stage seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain. b. honeymoon stage ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain. c. Plateu stage Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada tahap ini ibu memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri. d. Disengagement Merupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir. Aspek-aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran tentang idaman, gambaran diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita adalah pandangan wanita tentang dirinya sendiri sebagai bagian dari pengalaman dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah berhubungan dengan perubahan fisik yang tejadi selama kehamilan. 3 aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu a. Ideal image : gambaran tentang idaman diri b. Self image : gambaran tentang diri c. Body image : gambaran tentang perubahan tubuh Adaptasi psikososial postpartum Konsep dasar 1) Periode post partum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat saat melahirkan 2) Faktor yang mempengaruhi : a. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman b. Hubungan pengalaman saat melahirkan terhadap harapan c. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu d. Pengaruh budaya e. Periode diuraikan rubin dalam 3 fase, taking in, taking hold dan letting go Reva rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi tiga tahap yaitu: a. periode taking in (hari pertama hingga kedua setelah melahirkan) 1. ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain 2. perhatian ibu tertuju pada ke khawatiran pada perubahan tubuhnya 3. ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman ketika melahirakan 4. memerlikan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh kekondisi normal 5. nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal. b. periode taking hold (hari kedua hingga ke empat setelah melahirkan) 1. ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggung jawab akan bayinya 2. ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya tahan tubuh 3. ibu cenderung terbuka menerima nasihat bidan dan kritikan pribadi 4. ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok 5. kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya c. periode letting go 1. terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga 2. ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan social 2. TEORI RAMONA MERCER Teori ini lebih menekan pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam pencapaian peran ibu. Pokok pembahasan dalam teori Ramona Mercer a. Efek stress antepartum stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negative dari hidup seorang wanita, tuuan asuhan yang di berikan adalah : memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi ketidak percayaan ibu. 4 langkah dalam pelaksanaan peran ibu • Anticipatory Suatu masa sebelum wanita menjadi ibu, dimana wanita memulai penyesuaian sosial dan psikologis terhadap peran barunya nanti dengan mempelajari apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu • Formal Tahap ini dimulai dengan peran ibu sesungguhnya, bimbingan peran secara formal dan sesuai dengan apa yang diharapkan sistem sosial • Informal Tahap ini dimulai saat wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan peran ibu yang tidak disampaikan oleh sosial sistem • Personal Merupakan tahap akhir pencapaian peran, dimana wanita telah mahir melaksanakan perannya sebagai seorang ibu. Ia telah mampu menentukan caranya sendiri dalam melaksanakan peran barunya Faktor yang mempengaruhi wanita dalam pencapaian peran a. Faktor ibu 1. Umur ibu pada saat melahirkan 2. Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali 3. Stress social 4. Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya 5. Dukungan social 6. Konsep diri 7. Sifat pribadi 8. Sikap terhadap membesarkan anak 9. Status kesehatan ibu. b. Faktor bayi 1. Temperament 2. Kesehatan bayi c. Faktor-faktor lainnya 1. Latar belakang etnik 2. Status pekawinan 3. Status ekonomi Dari faktor social support, mercer mengidentifikasikan adanya empat factor pendukung: a. Emotional support Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti. b. Informational support Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri c. Physical support Misalnya dengan membantu merwat bayi dan memberikan tambahan dana d. Appraisal support Ini memungkinkan indifidu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan pencapaiaan peran ibu 4 faktor dalam masa adaptasi a. Physical recovery phase (mulai lahir sampai 1 bulan) b. Achievement phase (2-4/5 bulan) c. Disruption phase (6-8 bulan) d. Reorganisation phase (8-12 bulan) 4. TEORI ELA JOY LEHRMAN Teori ini menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek praktek kebidanan dalam memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan pada persalinan, teori ini juga menjelaskan perbedaan antara pengalaman seorang wanita dengan kemampuan bidan untuk mengaplikasikan konsep kebidanan dalam praktek 8 konsep penting dalam pelayanan kebidanan a. Asuhan yang berkesinambungan b. Keluarga sebagai pusat asuhan c. Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan d. Tidak ada intervensi dalam asuhan e. Keterlibatan dalam asuhan f. Advokasi dari klien g. Waktu h. Asuhan partisipatif Asuhan partisipatif a. Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. b. Pasien/klien ikut bertanggung jawab atau ambil bagian dalam pelayanan antenatal c. Dalam pemeriksaan fisik, misalnya klien ikut melakukan palpasi pada tempat tertentu atau ikut mendengarkan detak jantung. Kedelapan komponen yang dibuat oleh Lehrman ini, kemudian diujicobakan oleh Morten (1991) pada klien post partum. Selanjutnya Morten menambahkan 3 komponen Konsep Morten Teknik komunikasi terapeutik Proses komunikasi sangat penting dalam perkembangan dan penyembuhan. Misalnya, mendengarkan aktif, mengkaji, klarifikasi, humor, sikap yang tidak menuduh, pengakuan, fasilitasi, pemberian izin. Pemberdayaan (empowerment) Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan. Bidan dalam penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengoreksi, memvalidasi, menilai dan memberi dukungan. Hubungan sesama (lateral relationship) Menjalin hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka, sejalan dengan klien, sehingga antara bidan dan kliennya tampak akrab. Misalnya : sikap empati atau berbagi pengalaman 5. TEORI JEAN BALL Teori kursi goyang a. Keseimbangan emosional ibu, baik fisik maupun psikologis b. Psikologis dalam hal ini agar tujuan akhir memenuhi kebutuhan menjadi orang tua terpenuhi c. Kehamilan, persalinan dan masa post partum adalah masa untuk mengadopsi yang baru Dalam teori kursi goyang, kursi dibentuk dalam 3 elemen a. Pelayanan kebidanan b. Pandangan masyarakat terhadap keluarga c. Support terhadap kepribadian wanita Teori Ball yaitu a. Teori perubahan, b. Teori stress, coping, dan support c. Teori dasar Hipotesa Ball a. Respon emosional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersamaan dengan kelahiran anak, dipengaruhi oleh personality/kepribadian b. Persiapan yang harus diantisipasi oleh bidan dalam masa post natal akan dipengaruhi oleh respon emosional wanita dalam perubahan yang dialaminya pada proses kelahiran anak Kesimpulan hipotesa Ball Wanita yang boleh dikatakan sejahtera setelah melahirkan sangat bergantung kepada kepribadiannya, sistem dukungan pribadi, dan dukungan yang dipersiapkan pelayanan kebidanan.

KEBIDANAN SEBAGAI PROFESI

KEBIDANAN SEBAGAI PROFESI
Profesio” berarti “pengakuan”
Profesi : Bidang pekerjaan yg dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan,)
Contoh : dokter, dokter gigi, apoteker, SKM, SKp, wartawan, hakim, pengacara, akuntan, bidan, perawat.

Ciri- Ciri Profesi
Ciri-ciripekerjaanprofesi:
(Mnt. Hanafiah & Amir, 1998)
1. Mengikuti pendidikan sesuai standar nasional
2. Pekerjaannya berlandaskan etika profesi
3. Mengutamakan panggilan kemanusiaan dari pada keuntungan
4. Pekerjaannya legal, melalui perijinan
5. Anggota-anggotanya belajar sepanjang hayat
6. Anggota-anggotanya bergabung dlm suatu organisasi profesi.

 Bidan (Midwife) : Berasal dari bahasa Sanksekerta :
“wirdhan” yg artinya “wanita bijaksana” atau dukun yg terdidik ( IBI, 2003)
“widwan” yg berarti “cakap membidan” ; mereka yg memberikan semacam sedekah bagi seorang penolong persalinan sampai bayi berusia 40 hari (Klinkert dalam Darwis, 2002)
Mnt. Moeloek dalam Darwis (2002), mengemukakan : Bahwa Bidan merupakan profesi & tenaga ini terdepan dalam pelayanan kesehatan reproduksi yg sangat diperlukan dalam wahana kesejahteraan ibu & anak di komunitas maupun di wahana politik.
Ciri-Ciri Bidan Sebagai Profesi
1. Bidan sbg profesi memiliki ciri-ciri : Mengembangkan yang unik kepada masyarakat.
2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program. Pendidikan yg ditujukan untuk profesi yang berbasis karakter
3. Memiliki serangkaian pengetahuan. Ilmiah
4. Anggota-anggotanya manjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik yg berlaku
5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya.
6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas yangh diberikan.
7. Memiliki suatu Profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas yang diberikan kepada masyarakat.
Profesionalisme
Mutu, kualitas, dan tindak tanduk yg merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional
Menurut Good dlm Standar profesi kebidanan (2003) : Bahwa jenis pekerjaan profesional memiliki ciri yaitu : memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi pelakunya (membutuhkan pendidikan pra jabatan yg relevan), kecakapan seorang pekerja profesional dituntut memenuhi persyaratan yg telah dibakukan oleh pihak yg berwenang ( misalnya,Organisasi profesi & pemerintah) & jabatan yg mendapat pengakuan dari masyarakat & atau negara.
Jabatan Profesional
Ciri-ciri jabatan profesional :
1. Bagi pelakunya secara nyata (de facto) dituntut berkecakapan kerja (keahlian) sesuai dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya (cenderung ke spesialisasi).
2. Kecakapan atau keahlian seorang pekerja profesional bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan rutin yg terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yg mantap.
3. Pekerjaan profesional dituntut berwawasan sosial yg luas, sehingga pilihan jabatan serta kerjanya di dasari oleh kerangka nilai tertentu, bersikap (+) terhadap jabatannya & perannya.
4. Jabatan profesional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat & atau negaranya.
“Seorang pekerja profesional dibedakan dengan seorang teknisi, keduanya (pekerja profesional & teknisi) dapat saja trampil dalam unjuk kerja yang sama (misalnya Menguasai teknik kerja yang sama dapat memecahkan masalah-masalah teknis dalam bidang kerjanya), tetapi seorang pekerja profesional dituntut menguasai visi yang mendasari ketrampilannya yang menyangkut wawasan filosofi, pertimbangan rasional & memiliki sikap yg (+) dalam melaksanakan Serta memperkembangkan mutu karyanya.” (Joni, 1980).
Jabatan dpt ditinjau dari 2 aspek :
 Jabatan struktural
jabatan yang secara tegas ada & diatur berjenjang dalam suatu organisasi
 Jabatan fungsional.
jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan bermasyarakat & negara.
Jabatan bidan adalah jabatan fungsi profesional & bidan tersebut wajar mendapat tunjangan fungsional
Persyaratan bidan sbg jabatan profesional :
 Memberikan Yg bersifat khusus (spesialis)
 melalui jenjang pendidikan
 Diakui oleh masyarakat.
 Punya kewenangan yg disahkan atau diberikan oleh pemerintah
 Punya peran & fungsi yg jelas
 Punya kompetensi yg jelas & terukur
 Memiliki organisasi profesi
 Memiliki kode etik
 Memiliki etika kebidanan
 Memiliki standar
 Memiliki standar praktik
 Memiliki standar pendidikan yg mendasari & mengembangkan profesi yg sesuai dengan kebutuhan.
 Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi
Perilaku profesional Bidan :
1.Dalam melaksanakan tugasnya bidan berpegang teguh pada filosofi etika profesi & aspek legal
2.Bertanggung jawab dalam keputusan klinis yang dibuatnya
3.Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan & ketrampilan mutakhir secara berkala
4.Menggunakan konsultasi & rujukan yg tepat selama memberikan asuhan kebidanan.
5.Menghargai & memanfaatkan budaya setempat sehubung dengan praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran periode pasca salin, bayi baru lahir & anak
6.Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan kaum wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yg telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan scr tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatan sendiri
7.Menggunakan ketrampilan berkomunikasi
8.Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu & keluarga.

PERAN DAN FUNGSI BIDAN

PERAN DAN FUNGSI BIDAN
Peran Bidan
Dalam melaksanakan profesi bidan memiliki peran sebagai pelaksanan,pengelola,pendidik dan peneliti.
Peran Sebagai Pelaksanan
Sebagai pelaksana, bidan memiliki 3 kategori tugas,yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
Tugas Mandiri Bidan yaitu:
Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang di berikan, mencakup:
a. Menentukan diagnosis
b. Mengevaulasi tindakan yang telah diberikan
c. Membuat rencana tindak lanjut tindakan dari kegiatan
d. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan/tindakan
e. Melaksanankan tindakan sesuai dengan rencana yang telah di susun
f. Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien
g. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan/tindakan
Memberikan Pelayanan Dasar Pada Anak,Remaja,dan Wanita pranikah dengan Melibatkan Mereka Sebagai Klien
• Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak,remaja,dan wanita pada masa pranikah
• Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana
Memberi Asuhan Kebidanan Kepada Klien Selama Kehamilan Normal
• Mengkaji status kesehatan klien yang sedang hamil
• Menentukan diagnosa kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien
• Membuat rencana tindakan lanjut asuhan kebidanan bersama klien
• Membuat perencanaan dan laporan asuhan kebidanan yg telah diberikan
Memberikan Asuhan kebidanan kepada Klien dalam Masa Persalinan dengan Melibatkan Klien/Keluarganya
• Memberikan Asuhan Kebidanan Pada Bayi yang Baru Lahir
• memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan keluarganya
• Memberikan asuhan kebidanan pada masa subur yang membutuhkan KB
• Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan sistem reproduksi dan wanita pada masa menopause
• Memberikan asuhan kebidanan pada bayi,balita,dan melibatkan keluarga
Tugas Kolaborasi/Kerjasama
• Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai/fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
• Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
• Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan
• Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan keadaan gawat darurat dan memerlukan pertolongan pertama
• Memberikan asuhan kebidanan pada ibu pada masa nifas yang beresiko tinggi
• Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi
• Memberikan asuhan kebidanan kepada balita dengan resiko tinggi

Sejarah perkembangan bidan di Indonesia

Sejarah perkembangan bidan di Indonesia

Perkembangan pelayanan kebidanan :
 AKI & AKB tinggi pd zaman pemerintah Hindia Belanda. Tenaga penolong persalinan o/ dukun.
 1807, Gubernur Jenderal Hendrik William Deandels, melatih dukun dlm pertol persalinan. Tapi tdk berlangsung lama krn tdk ada pelatih kebidanan.
 Yan kes hanya u/ orang-orang Belanda yg berada di Indonesia.
 1849, dibuka Pendidikan Dokter Jawa di Batavia (di RS Militer Belanda ; sekarang RSPAD Gatot Soebroto).
 1851, dibuka Pendidikan Bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh dokter militer Belanda (Dr. W Bosch), lulusan bekerja di RS & Masy. Dan Yan kes ibu & anak dilakukan o/ dukun & bidan.
 1952, diadakan pelatihan bidan scr formal agar dpt meningkatkan kualitas pertolongan persalinan.
 1953, diadakan kursus tambahan bidan (KTB) di Jogyakarta, lalu berdirilah BKIA.
 Kegiatan BKIA : yan antenatal, post natal, pemeriksaan bayi & anak termasuk immunisasi & penyul gizi.
 1957, BKIA menjadi Puskesmas
 Kegiatan Puskesmas : di dalam gedung & diluar gedung
 1990, yan kebidanan merata & dekat dg masyarakat.
 1992, instruksi presiden scr lisan pd sidang kabinet ttg perlunya mendidik bidan u/ penempatan bidan di desa.
 Tugas pokok bidan di desa : pelaksana KIA (bumil, bulin, bufas & bayi baru lahir), termasuk pembinaan dukun bayi, serta yan KB.
 Area garapan bidan diperluas (Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo, 1994), yaitu : Safe Motherhood termasuk bayi baru lahir & pwt abortus, Family planning, PMS termasuk infeksi saluran alat reproduksi, Kespro remaja, Kespro orang tua.





 Kewenangan bidan diatur melalui permenkes, dimulai dari permenkes no. 5380/IX/1963 ttg wewenang bidan terbatas pd pertolongan persalinan normal secara mandiri, di dampingi petugas lain.
 Permenkes no. 363/IX/1980, diubah mjd Permenkes no. 623/IX/1980 bhw kewenangan bidan dibagi 2, kewenangan khusus & umum.
 Permenkes no. 572/VI/1996, ttg registrasi & praktik bidan.
 Kewenangan bidan > terinci : kuretasi digital u/ sisa jaringan konsepsi, vakum ekstraksi dg kepala bayi di dasar panggul, resusitasi BBL dg asfiksia & hipotermi, dsb.
 Kewenangan dalam KB : memberikan alkon melalui oral, suntikan, AKDR, AKBK (memasang & mencabut), kondom & tissue vaginal.
 Permenkes no. 900/menkes/SK/VI/2002 ttg Registrasi dan Praktik bidan
 Kepmenkes no. 369/menkes/SK/III/2007 ttg Standar Profesi Bidan

Perkembangan pendidikan bidan :
 1851, dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia. Pendidikan ini tdk berlangsung lama krn < peserta didik.
 1902, dibuka kembali di Batavia.
 1904, dibuka pendidikan bidan di Makassar.
 Kedua lulusan tsb hrs mau ditempatkan dimana saja, dg tunjangan dari pemerintah Belanda 15 – 25 Gulden per bulan, naik jadi 40 Gulden per bulan pd thn 1922.
 1911/1912, dimulai pendidikan tenaga keperawatan di CBZ (RSUP) Semarang & Batavia.
 Calon diterima dari HIS (SD 7 thn), lama pendidikan 4 tahun,peserta didik adalah pria.
 1914, diterima peserta didik wanita,& jika lulus dpt melanjutkan ke pendidikan kebidanan selama 2 thn.
 1935 – 1938, pemerintah kolonial Belanda mendidik bidan lulusan Mulo (SLTP bagian B).
 Bersamaan jg dibuka dikota besar lainnya : Jakarta (RSB Budi Kemuliaan), RSB Palang Dua, RSB Mardi Waluyo Semarang.
 Bidan lulusan Mulo disebut Bidan kelas satu; Bidan lulusan perawat disebut Bidan kelas dua.
 1935 – 1938, pemerintah kolonial Belanda mendidik bidan lulusan Mulo (SLTP bagian B).
 Bersamaan jg dibuka dikota besar lainnya : Jakarta (RSB Budi Kemuliaan), RSB Palang Dua, RSB Mardi Waluyo Semarang.
 Bidan lulusan Mulo disebut Bidan kelas satu; Bidan lulusan perawat disebut Bidan kelas dua.
 1960, KTB dipindah ke Jakarta
 1967, KTB ditutup
 1954, dibuka pendidikan guru bidan, lama pendidikan mulanya 1 thn, lalu 2 thn kemudian 3 tahun.
 1972, insitusi ini dilebur jadi SGP (sekolah guru peerawat)
 1970, dibuka Program pendidikan bidan dari SPR + 2 thn, disebut Sekolah Penddikan lanjutan Jurusan kebidanan (SPLJK).
 1974, penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan non sarjana. Sekolah bidan ditutup, dan dibuka SPK, tp tdk berhasil
 1975 – 1984, institusi pendidikan bidan ditutup, selama 10 thn tdk menghasilkan bidan, namun IBI masih hidup.
 1985, dibuka PPB, dari lulusan SPR & SPK, lamanya 1 thn, khusus institusi ttt yg mengirimnya.
 1989, dibuka crash program pendidikan bidan A (PPB A) secara nasional, status PNS gol II, ditempatkan di desa. Mulai 1996 mjd Bidan PTT, kontrak 3 thn, boleh perpanjang 2 – 3 thn
 1993, dibuka PPB B, lulusan Akper, lamanya 1 thn, sbg tenaga pengajar pada PPB A, hanya 2 angkatan.
 1993, dibuka juga PPB C, lulusan SMP, lama pendidikan 6 semester, di 11 propinsi : Aceh, bengkulu, Lampung, Riau, Kalbar, Kaltim, Kalsel, Sulsel, NTT, Maluku, Irian Jaya.
 1994-1995, pendidikan bidan jarak jauh (distance learning), di Jabar, Jateng, Jatim, 22 modul, koordinator Pusdiklat.
 1996, pelatihan LSS (life saving skill), koordinator direktorat kes klg ditjen binkesmas
 1996, ACNM mengadakan training of trainer u/ pelatih LSS.
 1995-1998, IBI bekerjasama dg mother care melakukan pelatihan dan peer review bagi bidan RS, PKM dan bides di prop kalsel.
 1996, dibuka AKBID
 2000, dibuka program Diploma IV kebidanan
 2000, ada tim pelatih APN,koordinator MNH
 2000,dibuka Prog DIV kebid di UGM, 2 smt
 2002, DIV kebid Unpad
 2004, DIV kebid di USU
 2003, D IV kebid di Stikes NWU Smg
 2003, DIV Kebid di STIKIM Jakarta
 2004, S1 kebid di Unair
 2006, S2 Kebidanan di Unpad
 Sejarah dan perkembangan
 Pelayanan & Pendidikan Kebidanan
 di luar negeri
Masa sebelummasehi
 Mesir
 Ibrani
 Yunani
 Roma
Masa pertengahan (1000-1500 M)
 Roma
 Salerno
 Kerajaan Byzantium
 Arabia
Masa Renaisance (1500-1700 M)
 Perancis
 Jerman
 Switzerland
Awal abad XX (1700-1900 M)
 John Charles Weaver
 Adolphe Pinard
 Jean Lubumen
 William Smellie
 Carl Crede
 John Braxton Hicks
 Ludwig Bandl
 Joseph Listero
 Louis Pasteur
Abad XX s.d sekarang
 Malaysia
 Jepang
 Australia
 Spanyol
 Ontario Canada
 Denmark
 New zealand
 Amerika Serikat (USA)